Kamis, 15 Juni 2017

Taman Bungkul Bukan Hanya Tempat Pacaran

Taman Bungkul Bukan Hanya Tempat Pacaran



Taman yang berada di jalan protokol, yakni di Jalan Raya Darmo itu makin bisa dirasakan manfaatnya bagi warga kota metropolitan Surabaya.

Taman Bungkul seperti halnya oase bagi Warga Kota Surabaya. Dia area ini warga kota bisa menghirup beragam manfaat, keindahan, kenyamanan, kesehatan dan kesenangan sekaligus. 

Disini, anak-anak bisa terpuaskan nafsu bermainnya, dan anak-anak muda penghobi olah raga pun terpuaskan untuk memainkan skate board dan sepeda BMX-nya. Bahkan para pebisnis atau mahasiswa dapat memuaskan wisatanya didunia maya, karena di taman ini juga dilengkapi dengan Hot Spot Wi-Fi.

Taman Bungkul diambil dari nama Mbah Bungkul, dimana makam beliau juga terletak pada taman ini. Mbah Bungkul adalah julukan untuk Ki Supo, seorang ulama di kerajaan Majapahit (abad XV), yang juga saudara ipar Raden Rahmat atau Sunan Ampel.

Taman Bungkul sudah seperti jantung kota Surabaya. Taman ini sekarang menjadi taman wisata bagi mereka yang ingin menikmati suasana hijau di tengah kota. Beberapa acara juga sering di gelar ini taman ini bagi kegiatan hiburan atau kebudayaan.

Di bagian belakang taman, terdapat beberapa warung yang menawarkan menu khas Surabaya, seperti Rawon, Soto, Bakso dan banyak lagi. Taman Bungkul selalu ramai dikunjungi dari pagi hingga malam hari dan menjadi bagian dari kota Surabaya yang pantas untuk dibanggakan.

Tak Pernah Lupa Bersyukur, Walaupun Dalam Keterbatasan

Tak Pernah Lupa Bersyukur, Walaupun Dalam Keterbatasan





Saat kumandang adzan dhuhur bergema di langit Surabaya, seorang bapak tua bergegas meninggalkan dagangannya menuju mushollah sederhana untuk sholat dan melepas lelah sejenak. Nampak wajah dan baju putih yang melekati tubuhnya dibasahi keringat karena udara siang itu begitu menyengat kulit.

Rupanya, Mustajab (53) baru saja berkeliling menjajakan kue rangin di seputaran taman bungkul. Sudah 33 tahun Mustajab bekerja sebagai pedagang kue rangin. “saya mulai dagang itu pada tahun 1984 mbak, waktu masih bujang sampai sekarang punya cucu tiga,” ujar Mustajab.

Di Taman Bungkul tersebut, Mustajab menceritakan, dulu Mustajab hanya sekolah sampai SD saja, karena biaya makan dijatah oleh keluarganya akhirnya Mustajab belajar membuat kue rangin sebagai tambahan perekonomian keluarganya. Menurutnya, penghasilan seorang pedagang tidak menentu, ada masa naik turunnya.

Namun pria asal Bangil ini lebih bersyukur, karena penghasilan harian yang diterimanya lebih besar dibanding rekan-rekan kerja lain. Mustajab bekerja dari pukul 08.00 - 16.00 WIB, dari pekerjaan yang menguras tenaga ini dihargai 100 ribu per hari jika dagangan itu jarang pembeli dan 150 ribu jika dagangan itu habis semua. “Alhamdulillah, disyukuri aja mbak uangnya ditabung buat anak istri di kampung,” kata Mustajab penuh syukur.

Mustajab bekerja harian Senin hingga Minggu jika dikalkulasi pendapatan rata-rata tiap bulan yang Mustajab kantongi Rp 3.000.000. di zaman ekonomi berbiaya tinggi, tentu pendapatan sebagai pedagang kue rangin tidak mampu menutupi kebutuhan sehari-hari. Apalagi Mustajab yang menanggung biaya sekolah tiga anaknya yang di kampung halaman.


Mustajab berharap keuntungan dari penjualan kue rangin tersebut nantinya dapat membantu kebutuhan keluarga. “yang penting sehat, cukup untuk makan, sisanya buat keluarga di rumah” ucap Mustajab penuh syukur.            

Siswa MI Thoriqul Huda di Gresik Telah menerima KIP

Siswa MI Thoriqul Huda di Gresik Telah menerima KIP






GRESIK – Agar anak-anak Indonesia tetap sekolah, pemerintah memberikan bantuan melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Niat baik pemerintah tersebut sudah sepenuhnya bisa dinikmati oleh seluruh anak-anak Indonesia yang berasal dari kalangan kurang mampu. Khususnya di daerah Kabupaten Gresik saat ini.

Seperti yang terjadi pada Madrasah Ibtidaiyah (MI) Thoriqul Huda, di sekolah ini sekitar 23 siswa yang mendapatkan KIP.

“Di sekolah kami sekitar 23 siswa yang mendapatkan KIP. Setelah kami cek semua siswa berlatar belakang kurang mampu,” kata Mashudi Kepala MI Thoriqul Huda, pada hari ini Sabtu, 13 Mei 2017
Salah satu wali murid tidak mampu di MI Thoriqul Huda, Sri Wahyuningsih mengungkapkan, gembira anaknya bisa mendapat dana manfaat KIP tersebut. Sebagai istri dari seorang tukang bangunan serabutan, Sri Wahyuningsih mengakui KIP yang diterima akan sangat bermanfaat untuk keberlanjutan sekolah anak-anaknya. Hal ini diyakini berdasarkan pengalaman ibu dua orang anak ini saat menerima KIP. “saya dapat KIP itu Rp 500.000, Alhamdulillah itu cukup untuk kebutuhan sekolah anak saya,” ujarnya. 

Dari kedua anaknya Sri Wahyuningsih yang berprofesi menjadi penjahit, mengakui mendapatkan satu KIP bagi anaknya bernama Safatur Rohma, yang duduk di kelas enam SD. “anak saya ada dua, pertama kelas enam SD, kemudian yang kedua masih di TK,” ujarnya.
      



Sabtu, 03 Juni 2017

Pendidikan Indonesia di Bawah Ethiopia, Kemendikbud: Kita Perbaiki

Pendidikan Indonesia di Bawah Ethiopia, Kemendikbud: Kita Perbaiki

Cici Marlina Rahayu - detikNews
Pendidikan Indonesia di Bawah Ethiopia, Kemendikbud: Kita PerbaikiSeminar Bridging The Gap Between Education Policy and Implementation (Cici/detikcom)
Jakarta - Hasil penelitian Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menyatakan indeks kualitas pendidikan di Indonesia berada di bawah Ethiopia dan Filipina. Menanggapi indeks tersebut, Kemendikbud berjanji akan memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.

Kepala Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hendarman mengapresiasi hasil penelitian ini dan mengatakan akan memperbaikinya.

"Menurut saya, ini kan bagus ya harus diapresiasi bahwa ada lembaga lain juga yang melihat dari right-nya itu kan dibuatkan indeks, ini kan bentuk instrumen lain, kan ada untuk pendidikan dipisah, nah ini Right to Education Index (RTEI). Menurut saya ini, kita lihat nanti, kita manfaatkan ini apa yang harus kita perbaiki," ujar Hendarman ketika ditemui di Hotel Santika, Jalan Pintu 1 TMII, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (23/3/2017).

Dalam penelitian ini, ada 5 indikator yang menjadi bahan pertimbangan, yakni governance, availability, accessibilityacceptability, dan adaptability. Dari kelima indikator yang diukur, Indonesia menempati urutan ke-7 dengan skor 77%.

"Jadi ini adalah bagian dari masukan dan nanti ini kita olah di Kementerian dan akan kita analisis. Sebenarnya saya ingin tahu tuh, itu kan ada 5 dimensi, saya kan belum tahu tuh 5 indikator itu isinya apa, bagaimana cara metodologinya," ujarnya.

Menurutnya, ini adalah sebuah masukan yang akan ditindaklanjuti oleh Kemendikbud. Namun ia mengungkapkan sedikit penasaran atas dasar penelitian tersebut.

"Saya sempat kaget juga, dari data ini, apa sih yang digunakan untuk menilai itu. Kemudian masak iya rendah banget sekolah tidak ramah. Bagi saya, overall, secara keseluruhan bagus, saya akan laporkan juga. Kalau boleh kita minta, ini kan bagian dari instrumen yang lain," ucapnya.

Hendarman mengatakan hal ini akan menjadi bahan pertimbangan. Menurutnya, pihaknya sudah menyiapkan langkah-langkah dalam menyikapi hal tersebut.

"Indikator governance rendah, kalau ada masalah ya ada free education, kok tinggi. Nah saya juga melihat kok kontradiksi ya, lalu secara umum, ini kan masalah dari hasil studi ini, implementasinya aturannya ada, semua ada. Tapi, saat pelaksanaannya tidak sesuai," tutur Hendarman.

"Kita kan dari Kementerian punya neraca daerah, nanti Puslitjak akan gunakan ini. Kita di lingkup kami akan kami bicarakan juga. Itu sebabnya, Pak Menteri menekankan sekali, menyelesaikan masalah seperti ini, itu akan kami rundingan kembali," ujarnya.

Dengan hasil Indonesia menempati urutan ke-7 dengan skor 77%, hal ini sama seperti dua negara lainnya, yaitu Nigeria dan Honduras.

Berikut ini urutan peringkat kualitas pendidikan berdasarkan Right to Education Index (RTEI):

1. Inggris : 87%
2. Kanada : 85%
3. Australia : 83%
4. Filipina : 81%
5. Ethiopia : 79%
6. Korea Selatan : 79%
7. Indonesia : 77%
8. Nigeria : 77%
9. Honduras : 77%
10. Palestina : 76%
11. Tanzania : 73%
(rvk/erd)

Indonesia - AS Perpanjang Kerjasama Beasiswa Fulbright

Indonesia - AS Perpanjang Kerjasama Beasiswa Fulbright

SELASA, 30 MAY 2017 18:20 | EDITOR : MOCHAMAD NUR
Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti dan Direktur Eksekutif Aminef Alan H. Feinstein meneken kerjasama beasiswa Fulbright-Ristekdikti (30/5).
Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti dan Direktur Eksekutif Aminef Alan H. Feinstein meneken kerjasama beasiswa Fulbright-Ristekdikti (30/5). (Hilmi Setiawan/JawaPos)
JawaPos.com - Kabar baik bagi dosen pemburu beasiswa di luar negeri. Pemerintah Indonesia dengan AS meneken kerjasama perpanjangan program Fulbright-Ristekdikti. Menariknya kuota beasiswa setiap tahunnya dinaikkan.
Tanda tangan kerjasama kedua pihak diwakili oleh Dirjen Sumber Daya Iptek-Dikti Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti dan Direktur Eksekutif American Indonesia Exchenge Foundation (Aminef) Alan H. Feinstein. Progran Fulbright-Ristekdikti dimulai sejak 29 Mei 2009. Kemudian program berakhir pada 29 Mei 2017. Lalu diperpanjang sampai 29 Mei 2021.
Ghufron mengatakan tahun-tahun sebelumnya kuota beasiswa ini sebanyak 20 orang. Mulai tahun ini kuota beasiswa dinaikkan menjadi 50 orang. 
"Syarat utama harus dosen tetap. Boleh dosen PNS atau dosen tetap swasta," katanya di Jakarta (30/5). Dia mengatakan beasiswa ini mendanai biaya studi doktor untuk tiga tahun. Tetapi bisa diperpanjang satu tahun lagi.
Sayangnya bagi peminat program beasiswa ini harus bisa sabar. Sebab pendaftaran untuk 2017 sudah ditutup. Program ini akan segera dibuka untuk pengisian kuota 2018 nanti. Sesuai jadwal pendaftaram di sekitar November 2017. Sementara batas akhirnya Februari 2018.
Alan H. Feinstein bersyukur beasiswa ini bisa diperpanjang kembali. Sebab sejak ada program beasiswa Fulbright cukup bermanfaat. "Ada dua jenis Fulbright. Fulbright murni dan Fulbright-Ristekdikti," katanya.
Khusus untuk program Fulbright murni sudah ada di Indonesia sejak 65 tahun silam. Banyak tokoh yang mengenyam pendidikan melalui beasiswa Fulbright. Seperti H. Agus Salim dan Hasan Shadly penyusun kamus Indonesia-Inggris yang sangat populer itu. (wan/JPK)

Amerika Tawarkan Kerja Sama Pendidikan untuk Pelajar di Bekasi

Amerika Tawarkan Kerja Sama Pendidikan untuk Pelajar di Bekasi

Foto: Shutterstock
Foto: Shutterstock
BEKASI - Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia menawarkan tiga program beasiswa kepada warga Bekasi, Jawa Barat, dalam rangka kerja sama pendidikan kedua negara.
"Ketiga program itu adalah Youth Exchange Study (YES), Young Southeast Asian Leaders (YSEALI), dan English Access," kata Wakil Duta Besar Amerika untuk Indonesia Brian McFeeters di Bekasi, baru-baru ini.
Hal itu ungkapkan Brian usai menjadi pembicara dalam dalam agenda kuliah umum terkait kemitraan Amerika Serikat dan Indonesia di kampus Universitas Islam 45 Bekasi, Jalan Cut Meutia, Bekasi Timur.
Menurut dia, prioritas utama Kedubes AS Jakarta di Indonesia adalah mempromosikan pendidikan, bahkan Amerika Serikat dan Indonesia telah mengidentifikasi pendidikan sebagai kunci prioritas bagi kedua negara dengan memasukannya sebagai salah satu dari enam tujuan di dalam komprehensif kemitraan AS-Indonesia.
Menurut dia, program beasiswa YES diperuntukan bagi kalangan pelajar SMA/SMK sederajat dengan usia maksimal 16 tahun dalam bentuk pertukaran pelajar selama setahun di Amerika Serikat.
Program YSEALI diperuntukan bagi masyarakat Indonesia yang berusia 18-35 tahun diperuntukan bagi pemuda yang memiliki perhatian pada empat program kemitraan Amerika Serikat, yakni pendidikan, pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan kepedulian lingkungan.
"Seorang pemimpin itu sederhana, mau mendeteksi masalah dan memiliki kemampuan serta kemauan untuk menyelesaikannya," katanya.
Adapun program pendidikan terakhir berupa English Access diperuntukan bagi masyarakat Indonesia yang berminat mempelajari bahasa Inggris.
"Khusus untuk Bekasi wilayah Kota dan Kabupaten diperuntukkan bagi usia SMA/SMK sederajat," katanya.
Dikatakan Brian, pada 2017 pihaknya akan menjaring 60 peserta pendidikan tersebut untuk wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi.
"Program kerja sama pendidikan ini baru pertama di Bekasi, sebelumnya kita laksanakan di Medan, Jember dan beberapa daerah lain di Indonesia," katanya.
Bagi peserta yang berminat, diarahkan untuk mengisi formulir pada Laman http://jakarta.usembassy.gov lalu mengikuti ujian tertulis serta tes wawancara.
"Kami ingin intensif jalin hubungan dengan masyarakat muda Indonesia dengan cara mendatangi kampus-kampus untuk menjelaskan program beasiswa," katanya.
Salah satu peserta dari siswa SMA Kota Bekasi Bagas mengaku tertarik mengikuti program itu karena keinginannya yang kuat untuk berkunjung ke Amerika Serikat.
"Budaya Amerika dengan Indonesia agak mirip, dari segi demokrasi dan kebebasan beragamanya. Saya ingin melihat langsung ke sana melalui program pendidikan ini," ujarnya.
(sus)


Dikutip : okezone.com

Menteri Pendidikan Belanda Jalin Kerja Sama dengan Indonesia

Menteri Pendidikan Belanda Jalin Kerja Sama dengan Indonesia

"Kami sudah menandatangani kerja sama vokasi dengan Indonesia."
Menteri Pendidikan Belanda Jalin Kerja Sama dengan Indonesia
Anak-anak sekolah di negara tetangga belajar tarian tradisional Indonesia. (www.suaraindonesiadance.co.au)
VIVA.co.id – Belanda merupakan salah satu mitra penting bagi Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam kunjungannya ke Indonesia hari ini, Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Mariette Jet Bussemaker, menandatangani beberapa kerja sama.
"Kunjungan saya ini untuk mengintensifikasikan kolaborasi, baik itu dalam bidang pendidikan maupun kebudayaan. Tahun lalu, sudah tandatangan MoU, hari ini kami bicarakan implementasinya," kata Bussemaker di Erasmus Huis, Jakarta Selatan, Senin 13 Februari 2017. 
Menteri Bussemaker mengatakan, pemerintah Belanda sangat mendukung program pendidikan vokasi yang selama ini menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo.
Dalam kaitannya, Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Rob Swartbol, pun telah menandatangani MoU program vokasi dengan pemerintah Indonesia.
"Kami sudah menandatangani kerja sama vokasi dengan Indonesia, karena ini adalah salah satu hal penting dan prioritas utama. Kami bekerja untuk keefektifan dan pemberdayaan pelajar Indonesia lebih banyak lagi," ujar Dubes Swartbol. 
Selain itu, pada kunjungannya, Menteri Bussemaker juga telah bertemu dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhadjir Effendi, guna menindaklanjuti kesepakatan yang telah dicapai tahun lalu. 
"Kita sudah mulai membentuk working group bersama, untuk mempercepat kerja sama budaya seperti perawatan monumen dan bidang kebudayaan lainnya," ungkap Bussemaker.
Terkait dengan ancaman terorisme yang belakangan kerap menyerang wilayah Eropa, Bussemaker meyakinkan bahwa pemerintah Belanda sangat menjamin keamanan warganya, juga masyarakat asing yang berada di Belanda.
"Bukan berarti kita tidak bisa melanjutkan hidup, karena berbagai ancaman ini. Tak ada alasan bagi kita untuk takut. Pemerintah Belanda tidak hanya menjamin keamanan warganya, tetapi juga semua warga asing yang ada," tegasnya. (asp)

Demokrasi ala Republik Anak SD Kanisius Kenalan




Demokrasi ala Republik Anak SD Kanisius Kenalan







Liputan6.com, Jakarta Di lereng Gunung Menoreh yang sejuk, tepatnya di Dusun Wonolelo, Kenalan, Kecamatan Borobudur Magelang, Jawa Tengah berdiri sebuah sekolah yang berbeda dari sekolah dasar pada umumnya. Keunikan serta kekhasan metode pendidikan yang diterapkan di sekolah ini menjadikannya bertahan sampai sekarang. Maklum sekolah yang berdiri sejak tahun 1930 ini sempat terancam ditutup karena alasan kekurangan murid dan ketiadaan biaya.
SD Katolik Kanisius Kenalan, demikian namanya. Sekolah ini menerapkan metode sekolah kehidupan yang berwawasan lingkungan pedesaan, pengembangan diri, pemberdayaan orangtua dan gerakan orangtua asuh yang dinamai Gerakan Mengasuh Anak Tani (GEMATI).
Para guru di sekolah ini telah berhasil menciptakan kurikulum pendidikan alternatif yang menghindarkan para siswa dari konsep pembelajaran teoritis yang membosankan melalui pembelajaran luar ruang yang terkait langsung dengan lingkungan. Sehingga praktik menjadi kegiatan rutin para siswa.
“Siswa kami ajak untuk belajar langsung pada alam. Siswa tidak hanya belajar dari buku-buku pelajaran saja tapi juga belajar dari lingkungan. Mereka akan melihat, mencari, mengamati dan merasakan sendiri lingkungan sekitarnya mulai dari belajar jenis-jenis satwa, tanaman, tanah, dan air. Dengan demikian akan menumbuhkan rasa mencintai dan memiliki terhadap alam sekitarnya,” ujar Kepala Sekolah SDK Kanisius Kenalan, Yosef Onesimus Mayono, di Gua Maria Sendang Sono, Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, Senin(2/5/2017).
SD Katolik Kanisius Kenalan berhasil mengintegrasikan kurikulum reguler nasional dengan kurikulum alternatif khas SD Kenalan dengan menerapkan metode pembelajaran tematik. Tak hanya itu sekolah yang memilik enam ruang kelas, 60 murid dan tujuh guru ini juga merintis kegiatan komunitas basis bernama Republik Anak Kenalan (RAK).
“Layaknya sebuah republik sungguhan, RAK juga mempunyai presiden, wakil presiden, dan menteri-menteri dalam kabinet. Seluruh siswa dan guru SDK Kenalan diposisikan sebagai rakyat. Presiden dipilih langsung oleh siswa. Murid yang menjadi calon presiden dan wakil presiden masing-masing juga menyampaikan visi dan misi serta berkampanye layaknya pemilu,” lanjut Yoseph Onesimus Maryono yang biasa disapa Pak Guru Simus. 




Kandidat presiden berasal dari siswa. Ada enam kandidat dari enam partai siswa. Keenamnya berasal dari organisasi Republik Anak Kenalan, lanjut Simus.
Organisasi RAK membawahi berbagai bidang kegiatan komunitas pengembangan diri dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
1. Bidang pertanian ada basis komunitas Wiji Thukul yang fokus pada aktivitas bercocok tanam, hingga pembuatan pupuk organik.
2. Lalu ada Blekothek (Biar Jelek Otak harus Melek) dan Kembang Latar yang mengajarkan kesenian dan estetika. Blekothek adalah sejenis musik perkusi dimana alat-alat musik berasal dari barang-barang bekas seperti botol kaca, botol air mineral, drum, galon dan sebagainya dimainkan oleh para siswa. Membawakan lagu-lagu bertema lingkungan.
3. Sedangkan Basis Lintang Menoreh fokus pada kegiatan literasi. Produk yang dihasilkan adalah Republikana yang terbit sebulan sekali, memuat tulisan-tulisan pendek para siswa.
4. Sementara untuk komunitas rohani ada kegiatan Guyub Maryam yakni ziarah ke Goa Maria khususnya pada bulan-bulan Maria.
5. Ada pula komunitas Canthang Kumandang atau paduan suara, Turangga Siswa Arga yang fokus pada tarian tradisional
6. Dan yang terakhir kegiatan Pramuka.
Enam komunitas basis tersebut akan mengirimkan kandidat mereka untuk maju dalam pemilihan presiden yang berlangsung setiap semester. Menurut pria berusia 41 tahun ini , pesta demokrasi ala SD Kenalan tersebut bertujuan untuk membentuk karakter anak sehingga mampu bertanggungjawab atas tugas yang diberikan guru. “Anak menjadi berani untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya,” terang Simus yang telah 10 tahun mengabdikan dirinya di SD Kenalan.
Untuk memperkuat pendidikan demokrasi di sekolah, ada forum anak yang mirip rapat kabinet. Forum tersebut dihadiri oleh para guru dan seluruh siswa setiap hari Kamis. Dalam rapat itu dibahas sejumlah persoalan atau kasus yang terjadi di sekolah.
Kegiatan tematik
Selain kegiatan komunitas basis, SD Kenalan menerapkan beragam kegiatan lain yang bersifat tematik. Seperti misalnya Sabawana. Saba artinya jalan-jalan, wana berarti hutan. Sabawana merupakan kegiatan rutin SD Kenalan. Biasanya dilakukan bertepatan dengan hari bumi. Siswa diajak pergi ke hutan dengan tujuan agar murid melihat langsung kondisi hutan, satwa, tanaman dan tentu pesan lingkungan.
“Kita lebih banyak menanam atau menebang? Program ini akan mendekatkan siswa agar lebih peduli, merasakan dan handarbeni. Merasa memiliki hutan sehingga mau menjaga,” terang Simus.
Ada juga Mlipir Kutho, jalan-jalan bersama ke kota. Tilik Belik mengajak siswa untuk melihat dan mengamati sumber air yang ada di sekitar sekolah, sekaligus mencari mata air baru. Kegiatan lain yang juga menarik adalah Remen Peken (remen=suka, peken = pasar) yaitu suatu kegiatan dimana anak-anak beraktivitas di pasar tradisional setiap Sabtu Legi. Tujuannya agar siswa semakin mencintai pasar tradisional. 




Satu lagi PekOK (Pekan Olah Raga Kenalan). Kegiatan ini digelar saat bertepatan dengan Hari Olah Raga Nasional yang jatuh setiap tanggal 9 September. Dalam dua pekan seluruh siswa akan bertanding memperebutkan juara yang berhadiah medali emas, perak, dan perunggu, (tentu bukan medali emas sungguhan melainkan terbuat dari kayu yang dipahat seperti medali). Sementara cabang yang dipertandingkan adalah 8 cabang permainan tradisional. Seperti Gobak SodorTarik Tambang, Bekel, Egrang, Dam-daman, Dakon, Ingkling dan Boi-Boinan yang eksistensinya mulai punah.
“Sebagaimana pesta PON. Pembukaan dimulai dengan upacara Nyuwun Gromo (pengambilan api) di Gunung Gajah Mungkur. Kemudian dilanjutkan dengan estafet geni kapitayan menuju SDK Kenalan,” terang Pak Guru Simus.
Simus mengungkapkan bahwa kegiatan semacam ini bukan tanpa alasan, selain agar anak-anak tak lupa akan akar budaya Jawa mereka juga diajak pula untuk belajar rasa kebersamaan, melatih kejujuran, bertanggung jawab dan menumbuhkan sikap gotong royong dan disiplin.
Selain itu Simus menekankan bahwa pemakaian istilah-istilah Jawa dalam setiap kegiatan di sekolah yang ia pimpin juga merupakan bagian dalam upayanya untuk tetap memelihara budaya serta kearifan masyarakat setempat.
Putus hanya sampai SD
Lokasi SD Kenalan yang berada di lereng gunung Menoreh bisa dikatakan sangat terpencil. Dari pusat kota Yogyakarta berjarak 40 kilometer dengan jarak tempuh kendaraan kurang lebih 1.5 jam.
Meski demikian dapat diakui bahwa sekolah ini memiliki program pendidikan karakter yang dapat diandalkan. Ini diakui oleh banyak orangtua murid pun siswa tamatan SD Kanisius Kenalan. Namun karena penerapan metode pembelajaran seperti ini baru ada di sekolah ini maka yang terjadi ketika para siswa ini lulus dan melanjutkan SMP, anak-anak ini seperti kehilangan sesuatu.
“Banyak siswa yang telah tamat, amat merindukan momen kembali ke SD Kenalan lagi. Karena di SMP mereka tidak memperoleh metode pembelajaran yang sama. Ini yang menjadi perhatian saya,”ungkap Simus.
Pria lulusan Pendidikan Bahasa Prancis, Universitas Negeri Yogyakarta ini pun memutar otak mengupayakan bagaimana program-programnya dapat diterima dan dilanjutkan di SMP. Harapan lain yang ia sampaikan adalah membangun asrama untuk mengakomodasi para orangtua yang ingin menyekolahkan anak-anak mereka di sini.